detikTravel Community - Saat
ingin traveling murah ke Yogyakarta, jangan bingung untuk mencari
tempat makannya. Sebab Kota Pelajar ini punya tempat makan yang pas
untuk kantong backpacker. Kalau perut lapar, tinggal datang ke Warung
Angkringan.
Akhir Oktober 2011, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Yogyakarta. Saya datang ke kota bersejarah itu untuk menghadiri awarding night Lomba Karya Tulis Kebencanaan untuk Insan Pers 2011 yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangka Bulan Pencegahan Risiko bencana (PRB).
Saya berkunjung ke Yogyakarta sebenarnya full service. Sebab, BNPB menyediakan akomodasi lengkap untuk setiap pemenang lomba, mulai transpor pulang-pergi (PP), hotel, transpor lokal, sampai uang saku.
Kunjungan saya ke Yogyakarta kali ini merupakan yang pertama setelah sekitar hampir 15 tahun yang lalu. Tentu, wajah Yogya hari ini sudah jauh berubah dibandingkan 15 tahun lalu, meskipun kearifan lokal masyarakatnya tidak luntur.
Sebelum berangkat ke Yogya, saya sudah mendaftar destinasi yang mau saya kunjungi di sela-sela agenda yang telah disusun oleh panitia BNPB. Karena waktu dan fasilitas yang terbatas, saya hanya memaksimalkan mengunjungi beberapa lokasi di kawasan kota, khususnya di sekitar Malioboro.
Di antara sekian destinasi yang hendak saya kunjungi, salah satu target saya adalah Warung Angkringan. Ya, Warung Angkringan adalah warung khas Yogya. Warung Angkringan sangat mudah ditemukan di kotanya Sri Sultan Hamengkubuwono itu. Di setiap jengkal jalan, pasti ada Warung Angkringan, terutama di malam hari.
Hari itu saya sudah masuk tiba di Bandara Adisutjipto sekitar pukul 10.00 WIB. Naik TransJogja, saya langsung menuju kawasan Malioboro. Jalan-jalan sejenak menyusuri kawasan wisata belanja itu, saya lalu mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat Malioboro Mall. Saya lupa siapa nama penjualnya.
Di saat lapar sudah mendera perut, sebungkus nasi kucing saya comot. Hap... Hanya beberapa suap, nasi yang hanya sekepalan tangan itu sudah berpindah ke perut. Nasi yang pulen ditambah beberapa iris telur dadar dan kering tempe itu terasa nikmat. Ya, nasi kucing adalah suguhan khas Warung Angkringan.
Entah pula mengapa disebut nasi kucing. Mungkin karena porsinya yang lebih pas untuk makan kucing, sehingga nasih bungkus itu disebut nasi kucing. Tapi dijamin, sebungkus nasi kucing tidak bakal menyelesaikan lapar yang mendera. Akhirnya, sebungkus lagi saya lahap. Untuk sebungkus nasi kucing, harganya cuma Rp 1.500. Harga yang cocok buat backpacker.
Selain nasi kucing, berbagai gorengan juga menjadi suguhan tetap Warung Angkringan. Berbagai minuman panas dan dingin juga tersedia. Khusus untuk minuman panas, air panas tidak dimasak/dipanaskan di atas kompor gas, melainkan di sebuah anglo, yaitu semacam tungku yang terbuat dari tanah liat dengan sumber panas dari arang yang membara.
Oh iya, di Warung Angkringan Yogya, hal yang lazim pula adanya ibu-ibu tua yang ikut nongkrong. Itu saya temukan saat saya mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat RS PKU Muhammadiyah. Padahal, di tempat saya di Jember, Jawa Timur suatu yang tak lazim ada ibu-ibu, apalagi sudah tua, yang mampir makan di warung. Biasanya sih hanya membeli sesuatu untuk dibawa pulang.
Warung Angkringan merupakan salah satu legenda Yogya. Konon, Angkringan dipelopori oleh Mbah Pairo, pendatang asal Cawas, Klaten, pada tahun 1950-an. Usaha itu lalu diwariskan pada anak Mbah Pairo, Lik Man pada tahun 1969. Warung Angkringan Lik Man merupakan salah satu yang paling terkenal di Yogya. Lokasinya di utara Stasiun Tugu. Di Solo, Warung Angkringan juga bisa disebut Warung HIK. Kabarnya, HIK adalah singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.
Warung Angkringan bisa saja dipersonifikasi sebagai warungnya kaum pinggiran. Tapi itu dulu. Sekarang banyak orang-orang kaya terpandang yang tak sungkan makan di warung jenis ini. Beberapa orang 'beken' seperti Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Emha Ainun Nadjib adalah beberapa pelanggan tetap Warung Angkringan Lik Man. Bahkan, mahasiswa UGM banyak yang menjadi pelanggan warung angkringan Lik Man.
Anda tertarik mampir ke Warung Angkringan? Kalau traveling ke Yogya, harus coba makanan di warung ini.
sumber: detikTravel
Akhir Oktober 2011, saya mendapat kesempatan berkunjung ke Yogyakarta. Saya datang ke kota bersejarah itu untuk menghadiri awarding night Lomba Karya Tulis Kebencanaan untuk Insan Pers 2011 yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam rangka Bulan Pencegahan Risiko bencana (PRB).
Saya berkunjung ke Yogyakarta sebenarnya full service. Sebab, BNPB menyediakan akomodasi lengkap untuk setiap pemenang lomba, mulai transpor pulang-pergi (PP), hotel, transpor lokal, sampai uang saku.
Kunjungan saya ke Yogyakarta kali ini merupakan yang pertama setelah sekitar hampir 15 tahun yang lalu. Tentu, wajah Yogya hari ini sudah jauh berubah dibandingkan 15 tahun lalu, meskipun kearifan lokal masyarakatnya tidak luntur.
Sebelum berangkat ke Yogya, saya sudah mendaftar destinasi yang mau saya kunjungi di sela-sela agenda yang telah disusun oleh panitia BNPB. Karena waktu dan fasilitas yang terbatas, saya hanya memaksimalkan mengunjungi beberapa lokasi di kawasan kota, khususnya di sekitar Malioboro.
Di antara sekian destinasi yang hendak saya kunjungi, salah satu target saya adalah Warung Angkringan. Ya, Warung Angkringan adalah warung khas Yogya. Warung Angkringan sangat mudah ditemukan di kotanya Sri Sultan Hamengkubuwono itu. Di setiap jengkal jalan, pasti ada Warung Angkringan, terutama di malam hari.
Hari itu saya sudah masuk tiba di Bandara Adisutjipto sekitar pukul 10.00 WIB. Naik TransJogja, saya langsung menuju kawasan Malioboro. Jalan-jalan sejenak menyusuri kawasan wisata belanja itu, saya lalu mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat Malioboro Mall. Saya lupa siapa nama penjualnya.
Di saat lapar sudah mendera perut, sebungkus nasi kucing saya comot. Hap... Hanya beberapa suap, nasi yang hanya sekepalan tangan itu sudah berpindah ke perut. Nasi yang pulen ditambah beberapa iris telur dadar dan kering tempe itu terasa nikmat. Ya, nasi kucing adalah suguhan khas Warung Angkringan.
Entah pula mengapa disebut nasi kucing. Mungkin karena porsinya yang lebih pas untuk makan kucing, sehingga nasih bungkus itu disebut nasi kucing. Tapi dijamin, sebungkus nasi kucing tidak bakal menyelesaikan lapar yang mendera. Akhirnya, sebungkus lagi saya lahap. Untuk sebungkus nasi kucing, harganya cuma Rp 1.500. Harga yang cocok buat backpacker.
Selain nasi kucing, berbagai gorengan juga menjadi suguhan tetap Warung Angkringan. Berbagai minuman panas dan dingin juga tersedia. Khusus untuk minuman panas, air panas tidak dimasak/dipanaskan di atas kompor gas, melainkan di sebuah anglo, yaitu semacam tungku yang terbuat dari tanah liat dengan sumber panas dari arang yang membara.
Oh iya, di Warung Angkringan Yogya, hal yang lazim pula adanya ibu-ibu tua yang ikut nongkrong. Itu saya temukan saat saya mampir di sebuah Warung Angkringan di dekat RS PKU Muhammadiyah. Padahal, di tempat saya di Jember, Jawa Timur suatu yang tak lazim ada ibu-ibu, apalagi sudah tua, yang mampir makan di warung. Biasanya sih hanya membeli sesuatu untuk dibawa pulang.
Warung Angkringan merupakan salah satu legenda Yogya. Konon, Angkringan dipelopori oleh Mbah Pairo, pendatang asal Cawas, Klaten, pada tahun 1950-an. Usaha itu lalu diwariskan pada anak Mbah Pairo, Lik Man pada tahun 1969. Warung Angkringan Lik Man merupakan salah satu yang paling terkenal di Yogya. Lokasinya di utara Stasiun Tugu. Di Solo, Warung Angkringan juga bisa disebut Warung HIK. Kabarnya, HIK adalah singkatan dari Hidangan Istimewa Kampung.
Warung Angkringan bisa saja dipersonifikasi sebagai warungnya kaum pinggiran. Tapi itu dulu. Sekarang banyak orang-orang kaya terpandang yang tak sungkan makan di warung jenis ini. Beberapa orang 'beken' seperti Djaduk Ferianto, Butet Kartaredjasa, dan Emha Ainun Nadjib adalah beberapa pelanggan tetap Warung Angkringan Lik Man. Bahkan, mahasiswa UGM banyak yang menjadi pelanggan warung angkringan Lik Man.
Anda tertarik mampir ke Warung Angkringan? Kalau traveling ke Yogya, harus coba makanan di warung ini.
sumber: detikTravel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar