Jumat, 11 November 2011

ORGANISASI SOSIAL

A.      LATAR BELAKANG
Manusia adalah  makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Tentunya manusia memiliki tujuan dalam hidupnya. Untuk memenuhi tujuan itu, manusia melakukan berbagai macam cara. Salah satunya adalah membentuk organisasi-organisasi. Di sekitar kita terdapat banyak sekali organisasi, baik itu organisasi resmi maupun organisasi sosial. Berbagai macam organisasi itu dibentuk tentunya untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.

                Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri. Keberadaan organisasi sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami proses institutionalization menghasilkan lembaga social. Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun dalam kehidupannya harus berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak dapat berdiri sendiri namun tergantung pada orang lain. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Dalam hubungannya dengan manusia lain manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan orang lain,karena manusia mempunyai naluri untuk selalu hidup dengan orang lain. Manusia menurut kodratnya itu dilahirkan untuk menjadi bagian dari suatu kebulatan masyarakat. Dengan demikian manusia itu merupakan bagian dari suatu organisisosial. Perhatikanlah kehidupan sehari-hari. Hampir semua kegiatan manusia dilakukan dalam kaitannya dengan oranglain dan daam kehidupan bersama dengan manusia lainnya. Landasan dari adanya hasrat untuk selalu beradadalam kesatuan dengan orang lain adalah untuk memenuhikebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan yang mendasar dan kebutuhan sosial maupun kebutuhan intergratif. Oleh karena manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam, dan cara-cara yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan itupun bermacam-macam pula, maka manusia menentukan bentuk kehidupan sosial tertentu ditempat ia hidup dengan sebaik-baiknya. Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.

Organisasi sosial manusia mewujudkan diri dalam bentuk kelompok sosial. Di dalam hubungannya antaramanusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan timbalbalik antara sesama manusia. Reaksi tersebut menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Manusia sejak dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok yaitu; Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya yaitu masyarakat dan kedua keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya. Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diridengan kedua lingkungan tersebut di atas, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya. Organisasi sosial di dalam kehidupan manusia ini, merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-mempengaruhi. Organisasi sosial adalah dimana terdapat suatu struktur organisasi dan suatu faktor, yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok-kelompok itu, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.




B.      RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskanmasalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah
1.       Apakah yang dimaksud dengan organisasi sosial?
2.       Apa sajakah ciri-ciri dalam organisasi sosial?
3.       Apa sajakah jenis-jenis organisasi sosial?

C.      LANDASAN TEORI

                Organisasi Sosial Menurut Talcott Parsons: Strategi Parsons untuk menyusun teori, berpegang teguh pada suatu posisi ontologis yg jelas, yaitu keadaan sosial memperlihatkan ciri-ciri secara sistematis yang harus dicakup oleh suatu pengaturan konsep-konsep abstrak secara paralel. Hal yg lebih menonjol lagi adalah asumsi-asumsi mengenai hakikat dunia sosial yg voluntaristik. Teori aksi voluntaristik menyajikan suatu sintesa asumsi-asumsi bermanfaat dan konsep-konsep utilitarianisme, positivisme, maupun idealisme bagi Parsons formulasi tertib sosial, menyajikan berbagai masalah bagai Parsons, misalnya apakah manusia senantiasa berperilaku rasional? Apakah mereka benar-benar bebas dan tidak diatur? Bagaimana ketertiban mungkin ada dalam sistem kompetitif yang tidak teratur? Parsons menyampingkan formulasi-formulasi ekstrim para positivis radikal, yang cenderung memandang dunia sosial dalam kerangka hubungan sebab akibat yang dapat diamati diantara gejala-gejala fisik, sehingga tidak memperhitungkan fungsi simbolis jiwa manusia. Sebagai sosiolog Parsons mengakui bahwa pusat perhatiannya pada teori mencakup analisa sistem sosial. Empat belas tahun setelah terbit The Structure of Social Action, Parsons menulis dan menerbitkan The Social System. Dalam buku itu Parsons menyajikan perbedaan-perbedaan analitis antara sistem-sistem sosial kepribadian maupun pola-pola kebudayaan. Oleh karena sistem sosial menjadi pusat perhatian Parsons, dia menelaah masalah integrasi dalam sistem sosial dengan pola-pola kebudayaan disatu pihak.
Parsons memandang institusionalisasi baik sebagai proses maupun struktur. Pada awalnya dia membicarakan proses institusionalisasi dan hanya mengacu pada hal itu sebagai suatu struktur. Sebagai suatu proses, institusionalisasi dapat digolongkan kedalam tipe-tipe tertentu dengan cara berikut :
  1. Para pelaku dengan beraneka ragam orientasi memasuki situasi tempat mereka harus berinteraksi
  2. Cara pelaku beorientasi merupakan pencerminan dari struktur kebutuhannya dan bagaimana struktur kebutuhan itu telah diubah oleh penjiwaan pola-pola kebudayaan
  3. Melalui proses interaksi tertentu, muncullah kaidah-kaidah pada saat pelaku saling menyesuaikan orientasi masing-masing
  4. Kaidah-kaidah itu timbul sebagai suatu cara saling menyesuaikan diri, dan juga membatasi pola-pola kebudayaan umum
  5. Selanjutnya kaidah-kaidah itu mengatur interaksi yang terjadi kemudian, sehingga tercipta keadaan stabil
Parsons kembali pada pertanyaan yang diajukannya dalam The Structure of Social Action yang menjadi patokan bagi semua formulasi teoritisnya, yaitu bagaimanakah sistem-sistem sosial bertahan? Atau, secara lebih tegas, mengapa pola-pola interaksi yg telah melembaga dapat bertahan? Jawaban atas pertanyaan itu adalah dengan jalan mengembangkan konsep-konsep tambahan yang menunjukkan bagaimana sistem-sistem kepribadian dan kebudayaan terintegrasi dalam sistem sosial, sehingga menjamin kesatuan normatif dan keterikatan para pelaku untuk mematuhi kaidah-kaidah dan memainkan peranannya. Bagaimanakah sistem-sistem kepribadian terintegrasikan dalam sistem sosial, sehingga mempertahankan keserasian? Pada taraf yang paling abstrak, parsons menyusun konsep dua mekanisme yg mengintegrasikan kepribadian kedalam sistem sosial, yaitu mekanisme sosialisasi dan pengendalian sosial. Melalui pengoprasian kedua mekanisme itu, sistem-sistem kepribadian menjadi struktur, sehingga sepadan dengan struktur sistem-sistem sosial.
Dalam artian abstraknya, parsons memandang mekanisme sosialisasi sebagai sarana tempat pola-pola kebudayaan – nilai-nilai, kepercayaan, bahasa, dan lambang-lambang lainnya -  diinternalisasikan kedalam sistem kepribadian, sehingga mencakup struktur kebutuhannya. Melalui proses ini, para pelaku akan mau menyimpan energi motivasionalnya dalam peranan dan kepada para pelaku diberikan ketrampilan untuk memainkan peran masing-masing. Fungsi lain sosialisasi dan mekanismenya adalah menjamin kestabilitas ikatan-ikatan antara pribadi yang menimbulkan berbagai tekanan. Mekanisme pengendalian sosial mencakup cara-cara dalam mana peranan-peranan kedudukan diorganisasikan dalam sistem-sistem sosial untuk mengurangi tekanan dan penyimpangan.
Kedua mekanisme tersebut dipandang sebagai unsur yang memecahkan salah satu masalah integratif yang dihadapi oleh sistem-sistem sosial. Masalah integratif lainnya yang dihadapi sistem-sistem sosial adalah bagaimana pola-pola kebudayaan berperan dalam memelihara tertib sosial dan keserasiannya. Parsons tidak lupa menyatakan bahwa mekanisme sosialisasi dan pengendalian sosial tidak selali berhasil, sehingga ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dan perubahan sosial. Namun kiranya jelas bahwa konsep-konsep yang dikembangkan parsons dalam The Social System, menyajikan suatu analisa kearah proses-proses yang memelihara integrasi dan keserasian dalam sistem-sistem sosial


D.      PEMBAHASAN MASALAH
Pengertian Organisasi Sosial:
 Stephen P.Robins menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif tegan-hubunrus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka terstruktur. Namun dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal yang sempurna.
Pengertian organisasi sosial menurut Amitai Etzioni:

  •   Organisasi adalah unit sosial (pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan  penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Etzioni menjelaskan umumnya organisasi ditandai ciri sebagai berikut :
  1.   pembagian kerja, kekuasaan, dan tanggung jawab komunikasi.
  2. ada satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi mengawasi usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan.
  3. ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu menjalankan tugas-tugas organisasi.

  •   Organisasi Formal
Organisasi formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas, dan tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran organisasi formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan jabatan, serta prasarat lainnya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu organisasi formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh organisasi formal adalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan universitas-universitas.

  •   Organisasi Informal
Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi oraganisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
·         Organisasi primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi timbal balik dan bukan pada kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah keluarga-keluarga tertentu.
·         Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional, dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberi kepuasan batiniyah, tapi mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran gajinya.
Organisasi yang didirakan tentu memiiliki sasaran yang ingin dicapai secara maksimal. Oleh karenanya suatu organisasi menentukan sasaran pokok mereka berdasarkan kriteria-kriteria organisasi tertentu. Adapun sasaran yang ingin dicapai umumnya menurut  J Winardi adalah:

1.       Organisasi berorientasi pada pelayanan yaitu organisasi yang berupaya memberikan pelayanan yang  profesional kepada anggotanya maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut pembayaran penuh dari penerima servis.
       2.      Organisasi yang berorientasi pada aspek ekonomi, yaitu organisasi yang menyediakan barang dan   jasa  
               sebagai imbalan dalam pembayaran dalam bentuk tertentu.
       3.     Organisasi yang berorientasi pada aspek religius
       4.     Organisasi-organisasi perlindungan
       5.     Organisasi-organisasi pemerintah
       6.     Organisasi-organisasi sosial
        Pengertian lainnya : Organisasi adalah suatu sistem sosial yang bersifat langgeng, formal, memiliki identitas kolektif yang tegas, daftar anggotanya terinci, dan mempunyai sifat hirarkis.
Gagasan penting kedua dalam organisasi adalah adanya tujuan atau maksud melakukan koordinasi. Selanjutnya, proses pelaksanaan tugas dapat berjalan efektif bila dilakukan terpadu/ terintegrasi yang dilaksanakan oleh anggota-anggotanya.



Ciri-ciri dalam Organisasi:

Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan, ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi, dan seterusnya.
  2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida, artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota biasa pada organisasi tersebut.
  3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini biasanya dikenal dengan gejala “birokrasi”.
  4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam organisasi itu.
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya ádalah:
  1. Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
  2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan lain sebagainya.
  3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.


JENIS-JENIS ORGANISASI SOSIAL. Jenis-jenis organisasi social sebagai berikut:
  • Menurut Soerjono Soekanto (107-108)
        Dalam arti khusus/sempit mempunyai cirri-ciri antaralain: adanya kepentingan-kepentingan terbatas, organisasi social tertentu, jumlah keanggotaan sangat terbatas, pentingnya hubungan tidak bersifat pribadi. Jenis kepentingan yang dikejar terbatas. Contoh: keluarga, kelompok permainan, clubb)dalam arti luas/besar mampunyai ciri-ciri antara lain:
·         Adanya anggota yang secara relative
·         Organisasi social yang formal
·         Pentingnya hubungan social tidak bersifat pribadi
·         Jenis kepentingan yang dikejar lebih luas
     Contoh: Negara, persekutuan agama, perkumpulanekonomi, persatuan buruh, organisasi massa, dsb

  • Menurut JBAF Maijor Polak (262-263) membagi organisasi social ke dalam beberapa bidang dan jenis asosiasi, antara lain:
-         Persahabatan, misalnya club (Club Jantung SehatIndonesia), kelompok sahaba/ikatan persaudaraan (IPHI)
-        Ekonomis, misalnya perseroan (Perseroan Terbatas),firma (CV), perkumpulan pengusaha (Ikadin, HIPMI), serikatsekerja (SPSI, SBSI)
·                      -       Teknologi dan ilmu pengetahuan, misalnya badan ilmiah(Batan, LIPI), balai penyelidikan (balitbang)




PENUTUP
A.      KESIMPULAN
  •   Organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri
  •   Seorang sosiolog didalam menelaah masyarakat manusia akan banyak berhubungan dengan  organisasi social.
  •   Tipe-tipe organisasi sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai kriteria atau ukuran. Tipe-tipe kelompok sosial dapat dikategorikandalam struktur social.
 B.      SARAN
  •   diharapkan dengan selesainya makalah ini merupakansuatu sumber informasi dan kajian masalah kajian sosiologidan khususnya masalah organisasi sosial dan kehidupanmasyarakat.